Fenomena ini, yang disebut bioluminesensi,
diamati, diantaranya, pada beberapa bakteri laut yang memancarkan
cahaya tetap segera mereka mencapai tingkat konsentrasi tertentu
(fenomena yang disebut “penginderaan kuorum”) pada partikel organik di
air samudera. Walaupun hal ini diketahui, manfaat menghasilkan cahaya
masih belum jelas.
Sekarang, dalam sebuah artikel yang baru diterbitkan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences
(PNAS), para peneliti dari Universitas Hebrew Yerusalem mengungkapkan
misteri mengapa bakteri laut berpendar. Ini ada hubugannya dengan kelangsungan hidup yang paling terang.
Artikel
ini berdasarkan penelitian ynag dilakukan di Interuniversity Institute
for Marine Sciences di Eilat oleh mahasiswa pascasarjana Margarita
Zarubin, dalam arahan Prof. Amatzia Genin, kepala jurusan Evolusi,
sistematika, dan ekologi universitas Hebrew Yerusalem, bekerjasama
dengan Prof. Shimshon Belkin dan mahasiswanya Michael Ionescu dari
Silberman Institute of Life Sciences Universitas Hebrew.
Temuan
mereka menunjukkan kalau cahaya yang dipancarkan bakteri ini menarik
predator, umumnya zooplankton, yang mencerna bakteri namun tidak mampu
mencernanya. Bakteri, yang terus bersinar didalam perut zooplankton,
mengungkapkan keberadaan zooplankton yang sekarang bercahaya, yang pada
gilirannya, diserang oleh predatornya sendiri – ikan- yang dapat
menandakan mereka ada dalam gelap.
Dalam
eksperimen yang dilakukan oleh para peneliti dalam kegelapan total,
mereka menemukan kalau ikan malam mudah mendeteksi zooplankton yang
berpendar dan memakannya, sementara, di sisi lain, ikan itu tidak
tertarik pada zooplankton yang telah menelan bakteri yang mengalami mutasi genetik sehingga tidak berpendar.
Penyelidikan
lebih jauh pada ikan malam yang telah memakan zooplankton menunjukkan
kalau bakteri pendar ini juga bertahan melewati perut ikan. “Sejauh kita
memperhatikan bakterinya, akses mereka pada system pencernaan ikan
seperti mencapai ‘surga’ – sebuah tempat yang aman, penuh nutrisi, dan
juga alat transportasi ke samudera luas,” jelas Prof. Genin.
Di
sisi lain, temuan kalau sebagian zooplankton tertarik dengan pendaran
bakteri dan memakan materi pendar terlihat bertentangan dengan naluri
bertahan hidup mereka sendiri, karena ini meningkatkan kemungkinan
zooplankton tersebut diserang dan dimakan ikan. Fenomena pencitraan quorum
yang mengatur bioluminosensi bakteri dapat menjelaskan temuan ini, kata
para peneliti. Zooplankton “tahu” kalau sebuah cahaya di air
menunjukkan banyaknya bahan organic dimana bakteri dapat tumbuh.
“Dalam
samudera dalam yang gelap, jumlah makanan sangat terbatas, karenanya
pantas bagi zooplankton untuk mengambil resiko menerangi dirinya sendiri
saat menemukan dan memangsa partikel dengan bakteri pendar, karena
manfaat menemukan makanan langka lebih besar daripada bahaya memaparkan
dirinya sendiri pada keberadaan ikan predator yang relatif langka,”
jelas Prof. Genin.
Sumber : http://www.faktailmiah.com/2012/03/04/bakteri-laut-memakai-cahaya-untuk-menarik-plankton-dan-ikan.html